Sunday, May 31, 2009

Apa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ?

Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) dianggap sekedar dalam masalah khilafiyah Furu’iyah, seperti perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah, antara Madzhab Safi’i dengan Madzhab Maliki.

Karenanya dengan adanya ribut-ribut masalah Sunni dengan Syiah, mereka berpendapat agar perbedaan pendapat tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Selanjutnya mereka berharap, apabila antara NU dengan Muhammadiyah sekarang bisa diadakan pendekatan-pendekatan demi Ukhuwah Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah dan Sunni tidak dilakukan ?

Oleh karena itu, disaat Muslimin bangun melawan serangan Syiah, mereka menjadi penonton dan tidak ikut berkiprah.

Apa yang mereka harapkan tersebut, tidak lain dikarenakan minimnya pengetahuan mereka mengenai aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sehingga apa yang mereka sampaikan hanya terbatas pada apa yang mereka ketahui.

Semua itu dikarenakan kurangnya informasi pada mereka, akan hakikat ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Disamping kebiasaan berkomentar, sebelum memahami persoalan yang sebenarnya.

Sedangkan apa yang mereka kuasai, hanya bersumber dari tokoh-tokoh Syiah yang sering berkata bahwa perbedaan Sunni dengan Syiah seperti perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzahab Syafi’i.

Padahal perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzhab Syafi’i, hanya dalam masalah Furu’iyah saja. Sedang perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah), maka perbedaan-perbedaannya disamping dalam Furuu’ juga dalam Ushuul.

Rukun Iman mereka berbeda dengan rukun Iman kita, rukun Islamnya juga berbeda, begitu pula kitab-kitab hadistnya juga berbeda, bahkan sesuai pengakuan sebagian besar ulama-ulama Syiah, bahwa Al-Qur’an mereka juga berbeda dengan Al-Qur’an kita (Ahlussunnah).

Apabila ada dari ulama mereka yang pura-pura (taqiyah) mengatakan bahwa Al-Qur’annya sama, maka dalam menafsirkan ayat-ayatnya sangat berbeda dan berlainan.

Sehingga tepatlah apabila ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah mengatakan : Bahwa Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) adalah satu agama tersendiri.

Melihat pentingnya persoalan tersebut, maka di bawah ini kami nukilkan sebagian dari perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dengan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah).

1. Ahlussunnah : Rukun Islam kita ada 5 (lima)
a) Syahadatain
b) As-Sholah
c) As-Shoum
d) Az-Zakah
e) Al-Haj

Syiah : Rukun Islam Syiah juga ada 5 (lima) tapi berbeda:
a) As-Sholah
b) As-Shoum
c) Az-Zakah
d) Al-Haj
e) Al wilayah

2. Ahlussunnah : Rukun Iman ada 6 (enam) :
a) Iman kepada Allah
b) Iman kepada Malaikat-malaikat Nya
c) Iman kepada Kitab-kitab Nya
d) Iman kepada Rasul Nya
e) Iman kepada Yaumil Akhir / hari kiamat
f) Iman kepada Qadar, baik-buruknya dari Allah.

Syiah : Rukun Iman Syiah ada 5 (lima)*
a) At-Tauhid
b) An Nubuwwah
c) Al Imamah
d) Al Adlu
e) Al Ma’ad

3. Ahlussunnah : Dua kalimat syahadat

Syiah : Tiga kalimat syahadat, disamping Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, masih ditambah dengan menyebut dua belas imam-imam mereka.

4. Ahlussunnah : Percaya kepada imam-imam tidak termasuk rukun iman. Adapun jumlah imam-imam Ahlussunnah tidak terbatas. Selalu timbul imam-imam, sampai hari kiamat.
Karenanya membatasi imam-imam hanya dua belas (12) atau jumlah tertentu, tidak dibenarkan.

Syiah : Percaya kepada dua belas imam-imam mereka, termasuk rukun iman. Karenanya orang-orang yang tidak beriman kepada dua belas imam-imam mereka (seperti orang-orang Sunni), maka menurut ajaran Syiah dianggap kafir dan akan masuk neraka.

5. Ahlussunnah : Khulafaurrosyidin yang diakui (sah) adalah :
a) Abu Bakar
b) Umar
c) Utsman
d) Ali Radhiallahu anhu

Syiah : Ketiga Khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman) tidak diakui oleh Syiah. Karena dianggap telah merampas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (padahal Imam Ali sendiri membai’at dan mengakui kekhalifahan mereka).

6. Ahlussunnah : Khalifah (Imam) adalah manusia biasa, yang tidak mempunyai sifat Ma’shum.
Berarti mereka dapat berbuat salah/ dosa/ lupa. Karena sifat Ma’shum, hanya dimiliki oleh para Nabi.

Syiah : Para imam yang jumlahnya dua belas tersebut mempunyai sifat Ma’’hum, seperti para Nabi.

7. Ahlussunnah : Dilarang mencaci-maki para sahabat.

Syiah : Mencaci-maki para sahabat tidak apa-apa bahkan Syiah berkeyakinan, bahwa para sahabat setelah Rasulullah SAW wafat, mereka menjadi murtad dan tinggal beberapa orang saja. Alasannya karena para sahabat membai’at Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah.

8. Ahlussunnah : Siti Aisyah istri Rasulullah sangat dihormati dan dicintai. Beliau adalah Ummul Mu’minin.

Syiah : Siti Aisyah dicaci-maki, difitnah, bahkan dikafirkan.

9. Ahlussunnah : Kitab-kitab hadits yang dipakai sandaran dan rujukan Ahlussunnah adalah Kutubussittah :
a) Bukhari
b) Muslim
c) Abu Daud
d) Turmudzi
e) Ibnu Majah
f) An Nasa’i
(kitab-kitab tersebut beredar dimana-mana dan dibaca oleh kaum Muslimin sedunia).

Syiah : Kitab-kitab Syiah ada empat :
a) Al Kaafi
b) Al Istibshor
c) Man Laa Yah Dhuruhu Al Faqih
d) Att Tahdziib
(Kitab-kitab tersebut tidak beredar, sebab kebohongannya takut diketahui oleh pengikut-pengikut Syiah).

10. Ahlussunnah : Al-Qur’an tetap orisinil

Syiah : Al-Qur’an yang ada sekarang ini menurut pengakuan ulama Syiah tidak orisinil. Sudah dirubah oleh para sahabat (dikurangi dan ditambah).

11. Ahlussunnah : Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul Nya.

Syiah : Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam Ali, walaupun orang tersebut tidak taat kepada Rasulullah.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang memusuhi Imam Ali, walaupun orang tersebut taat kepada Rasulullah.

12. Ahlussunnah : Aqidah Raj’Ah tidak ada dalam ajaran Ahlussunnah. Raj’ah adalah besok diakhir zaman sebelum kiamat, manusia akan hidup kembali. Dimana saat itu Ahlul Bait akan balas dendam kepada musuh-musuhnya.

Syiah : Raj’ah adalah salah satu aqidah Syiah. Dimana diceritakan : bahwa nanti diakhir zaman, Imam Mahdi akan keluar dari persembunyiannya. Kemudian dia pergi ke Madinah untuk membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah serta Ahlul Bait yang lain.

Setelah mereka semuanya bai’at kepadanya, diapun selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah. Kemudian ketiga orang tersebut disiksa dan disalib, sampai mati seterusnya diulang-ulang sampai ribuan kali. Sebagai balasan atas perbuatan jahat mereka kepada Ahlul Bait.
Keterangan : Orang Syiah mempunyai Imam Mahdi sendiri. Berlainan dengan Imam Mahdinya Ahlussunnah, yang akan membawa keadilan dan kedamaian.

13. Ahlussunnah : Mut’ah (kawin kontrak), sama dengan perbuatan zina dan hukumnya haram.

Syiah : Mut’ah sangat dianjurkan dan hukumnya halal. Halalnya Mut’ah ini dipakai oleh golongan Syiah untuk mempengaruhi para pemuda agar masuk Syiah. Padahal haramnya Mut’ah juga berlaku di zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib.

14. Ahlussunnah : Khamer/ arak tidak suci.

Syiah : Khamer/ arak suci.

15. Ahlussunnah : Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap tidak suci.

Syiah : Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap suci dan mensucikan.

16. Ahlussunnah : Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri hukumnya sunnah.

Syiah : Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri membatalkan shalat.
(jadi shalatnya bangsa Indonesia yang diajarkan Wali Songo oleh orang-orang Syiah dihukum tidak sah/ batal, sebab meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri).

17. Ahlussunnah : Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat adalah sunnah.

Syiah : Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat dianggap tidak sah/ batal shalatnya.
(Jadi shalatnya Muslimin di seluruh dunia dianggap tidak sah, karena mengucapkan Amin dalam shalatnya).

18. Ahlussunnah : Shalat jama’ diperbolehkan bagi orang yang bepergian dan bagi orang yang mempunyai udzur syar’i.

Syiah : Shalat jama’ diperbolehkan walaupun tanpa alasan apapun.

19. Ahlussunnah : Shalat Dhuha disunnahkan.

Syiah : Shalat Dhuha tidak dibenarkan.
(padahal semua Auliya’ dan salihin melakukan shalat Dhuha).

Demikian telah kami nukilkan perbedaan-perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sengaja kami nukil sedikit saja, sebab apabila kami nukil seluruhnya, maka akan memenuhi halaman-halaman buku ini.

Harapan kami semoga pembaca dapat memahami benar-benar perbedaan-perbedaan tersebut. Selanjutnya pembaca yang mengambil keputusan (sikap).

Masihkah mereka akan dipertahankan sebagai Muslimin dan Mukminin ? (walaupun dengan Muslimin berbeda segalanya).

Sebenarnya yang terpenting dari keterangan-keterangan diatas adalah agar masyarakat memahami benar-benar, bahwa perbedaan yang ada antara Ahlussunnah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) itu, disamping dalam Furuu’ (cabang-cabang agama) juga dalam Ushuul (pokok/ dasar agama).

Apabila tokoh-tokoh Syiah sering mengaburkan perbedaan-perbedaan tersebut, serta memberikan keterangan yang tidak sebenarnya, maka hal tersebut dapat kita maklumi, sebab mereka itu sudah memahami benar-benar, bahwa Muslimin Indonesia tidak akan terpengaruh atau tertarik pada Syiah, terkecuali apabila disesatkan (ditipu).

Oleh karena itu, sebagian besar orang-orang yang masuk Syiah adalah orang-orang yang tersesat, yang tertipu oleh bujuk rayu tokoh-tokoh Syiah.

Akhirnya, setelah kami menyampaikan perbedaan-perbedaan antara Ahlussunnah dengan Syiah, maka dalam kesempatan ini kami menghimbau kepada Alim Ulama serta para tokoh masyarakat, untuk selalu memberikan penerangan kepada umat Islam mengenai kesesatan ajaran Syiah. Begitu pula untuk selalu menggalang persatuan sesama Ahlussunnah dalam menghadapi rongrongan yang datangnya dari golongan Syiah. Serta lebih waspada dalam memantau gerakan Syiah didaerahnya. Sehingga bahaya yang selalu mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita dapat teratasi.

Selanjutnya kami mengharap dari aparat pemerintahan untuk lebih peka dalam menangani masalah Syiah di Indonesia. Sebab bagaimanapun, kita tidak menghendaki apa yang sudah mereka lakukan, baik di dalam negri maupun di luar negri, terulang di negara kita.

Semoga Allah selalu melindungi kita dari penyesatan orang-orang Syiah dan aqidahnya. Amin.

Keterangan lebih lanjut tentang kesesatan syiah klik :
http:/ban-syiah.blogspot.com/



http://heliconia.wordpress.com/bahaya-syiah/

Petikan buku BAHAYA SYIAH terbitan April 1987

----------------------------------------------------------------------

Prakata
Mukadimah
1. Iran Yang Saya Saksikan
2. Syiah Imamiah
3. Pandangan Syiah Imamiah tentang Al Quran Dan Cara Mentakwilkan Al Quran
4. Pandangan Syiah Imamiah Terhadap Hadis Dibandingkan Dengan Pandangan Ahli Sunnah
5. Pandangan Syiah Imamiah Terhadap Sahabat Dan Khulafaur Rasyidin
6. Sayidina Ali Dan Para Imam Bukan Syiah
7. Nikah Mut’ah Dan Konsep Takiyah
8. Ayatullah Khomeini
9. Bahaya Revolusi Iran

Penutup

----------------------------------------------------------------------------------------------

PRAKATA

Kejayaan revolusi Iran sebenarnya bukanlah kejayaan Islam, tetapi kejayaan satu puak Syiah yang

agak praktikal, menumbangkan puak-puak Syiah lain yang dikatakan zalim dan menindas.

Setelah beratus-ratus tahun Shah Iran menzalim dan menindas rakyat jelata, maka akhirnya seluruh rakyat bangun memberontak. Oleh sebab kepimpinan Khomeini agak menonjol, maka semua golongan bersatu di bawah pimpinannya untuk menumbangkan Shah.

Termasuklah golongan-golongan itu ialah orang-orang Ahli Sunnah Wal Jamaah dan juga juga Komunis, Sosialis dan Nasionalis. Apabila revolusi selesai dengan kejayaan di pihak mereka golongan revolusioner ini berpecah pada puak masing-masing. Terjadi perebutan di kalangan mereka malah berbunuh-bunuhan. Ada Ahli Sunnah Wal Jamaah yang dibunuh dan dipenjara oleh orang-orang Khomeini.

Perlembagaan yang dipakai di Iran sekarang adalah bermazhab Syiah Imamiah. Jadi dengan kata-kata yang lain, kejayaan revolusi Iran ialah kejayaan Syiah. Syiah jauh bezanya dengan Ahli Sunnah. Malah salah satu musuh Syiah ialah orang-orang Ahli Sunnah Wal Jamaah.

Dalam sejarah perjuangan Syiah, Ahli Sunnah adalah musuh ketatnya. Syiah jual nama Islam sebab itu mereka dapat bertapak kuat dan berpengaruh di Iran, Iraq, Pakistan dan India. Jadi kejayaan revolusi Iran bukanlah sesuatu yang membanggakan kita. Malah bagi orang yang mengenal Syiah, kejayaan revolusi dirasakan satu tamparan pada Ahli Sunnah. Revolusi itu kecil saja ertinya pada Islam dibandingkan dengan besarnya kesilapan Syiah pada Islam.

Tapi aneh, ketika berita kejayaan Khomeini menumbangkan Shah sampai pada kita, umat Islam khususnya setengah pejuang-pejuang Islam di Malaysia berlompatan gembira.

Perhatian diarahkan ke Iran. Semangat revolusi ditiup merata-rata dan Khomeini dipilih sebagai imam mereka. Hingga sekarang, sudah ada orang-orang Malaysia yang bermazhab Syiah atau paling tidak mengiktiraf kewujudan Syiah. Ada setengah ulama-ulama sendiri yang dulunya takut sekali kalau-kalau umat Islam terpesong dari aqidah Ahli Sunnah Wal Jamaah tapi kini sejak Khomeini tawan Iran, ulama yang sama berkata,

“baru kita tahu rupanya Syiah benar dan Ahli Sunnah Wal Jamaah salah.”

Setengah berkata perselisihan Syiah dengan Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah iktilaf furu’iah (bukan pokok) termasuk mazhab yang dibenarkan, seperti Hanafi, Shafie, Maliki, Hanbali.

Dan mereka membaca hadis:


Ertinya: “Perselisihan umatku adalah rahmat.” ( Baihaqi)

Kumpulan lain pula berkata, Syiah pegangan Khomeini adalah Syiah yang sederhana (bukan ekstrim). Ertinya boleh diterima. Semuanya menghala ke arah menyetujui dan mengiktiraf Syiah Imamiah pegangan mereka.

Al hasil segolongan pejuang-pejuang muda Islam dan sebahagian pensyarah, mahasiswa-mahasiswi di institut pengajian tinggi sekarang lepas seorang, seorang melompat ke Syiah, jadi penganut dan agen perjuangan Syiah, konon perjuangan Islam.

Sudah ada markas Syiah di Wilayah Persekutuan, katanya lebih kurang 200 orang ahlinya. Mereka berjuang untuk meluaskan lagi gelanggang, mereka hantar pelajar-pelajar untuk belajar di Iran atau Pakistan.

Tiga orang kenalan saya, pertama bekas ahli jemaah saya, kedua imam masjid di salah sebuah masjid di Wilayah Persekutuan dan seorang lagi ahli salah satu harakah Islam, telah menghantar anak ke Iran (Qom).

Baru-baru ini semasa di Pakistan saya diberitahu terdapat 25 orang pelajar Malaysia sedang belajar di sana. (Sementara sebelum dihantar ke Qom) 15 darinya perempuan.

Terbayanglah di kepala saya betapa nanti kalau mereka melakukan nikah mut‘ah. Sebab bagi orang Syiah, nikah mut‘ah bukan setakat untuk lepas nafsu, tapi adalah satu jihad dan tidak sempuma iman, kalau tidak kahwin mut‘ah.

Saya yakin ramai lagi ulama di Malaysia yang tidak terima Syiah. Ini berdasarkan hadis yang turun temurun kita baca:-

Ertinya:

‘Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad, akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah, yang satu masuk syurga dan yang lain masuk neraka, Bertanya para sahabat, siapakah firqah yang tidak masuk neraka itu ya Rasulullah?”

Nabi menjawab: “Ahli Sunnah Wal Jamaah.” ( Imam Tabrani)

Orang Syiah kata merekalah satu puak yang dimaksudkan itu. Sebab itu mereka berjuang menyebarkan pengaruh dan ajaran mereka. Sedangkan kita Ahli Sunnah Wal Jamaah bungkam seribu bahasa. Kerana keadaan tertentu atau kerana hendak jaga hati golongan tertentu kita benarkan musuh kita menyebar jala dan pukat untuk mengaut anak buah kita.

Ini tidak patut, membiarkan Syiah masuk bererti membenarkan satu jurang lagi dibuat untuk memecah-belahkan umat Islam (khusus yang cinta pada Islam). Selain itu kemasukan Syiah memungkinkan pergaduhan dan peperangan. Sebab sejarah Syiah ialah mereka perangi siapa saja yang tidak sealiran dengan mereka apalagi kalau menentang mereka.

—————————————————————————

MUQADDIMAH

ZAMAN di mana umat Islam benar-benar berukhwah dan bersatu padu tanpa sedikit perpecahan hanyalah wujud di zaman Rasulullah S.A.W. Di waktu itu segala penjelasan dalam apa jua masalah baik berupa perkataan, perbuatan di bidang aqidah, ibadah atau perjuangan dan lain-lain adalah dirujuk langsung pada Rasulullah S.A.W.

Baginda jadi ikutan dan tempat rujuk juga merupakan penyelesai apa jua masalah berbangkit di dalam masyarakat. Ini adalah kerana sifatnya sebagai Rasul menyampaikan wahyu dan pemimpin ummah lagi maksum maka layaklah untuk jadi ikutan yang terbaik.

Firman Allah:-

“Sesungguhnya kamu pada Rasulullah adalah Ikutan yang baik.” Al Ahzab: 21.

Jadi tidak timbullah perpecahan dalam agama dan dalam memahami syariat. Lebih-lebih lagi tidak timbul puak-puak di kalangan umat Islam yang saling tuduh menuduh dan membawa peperangan.

Tapi Rasulullah S.A.W tahu bahawa sesudah kewafatan baginda umat Islam akan berpecah. Sebab itu Rasulullah S.A.W pun beri garis panduan terhadap kemungkinan itu.

Sabda baginda: ‘Perselisihan (ikhtilafi) umatku itu adalah rahmat.”

Sabda baginda lagi “Sesiapa yang benar ijtihadnya dapat 2 pahala dan sesiapa yang salah ijtihadnya dapat l pahala.”

Tetapi di waktu yang lain baginda telah bersabda

Maksudnya: ‘Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad, akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah, yang satu masuk syurga dan yang 72 masuk neraka.”

Bertanya para sahabat, “Siapakah firqah yang tidak masuk neraka itu ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Ahlussunnah Wal Jamaah.” ( Imam Thabrani).

Tetapi terjadi juga perselisihan yang tidak dibenarkan itu. Telah berpecah belah umat Islam sesudah wafatnya Rasulullah tentang perkara usul atau aqidah. Dalam kitab Al Bainal Farqu Firaq oleh Imam Abdul Qahir bin Tahir bin Muhammad Al Baghdadi Al Isfaraini At Tamimi, menuliskan antara perkara-perkara yang diperselisihkan ialah soal keadilan (Tuhan), tauhid, wa’ad (janji balas baik), wa‘id (janji balasan azab atau jahat). Qadar Istito‘ah yakni mentakdirkan baik dan buruk, hidayah dan dholalah (sesat) atau masalah iradah atau rukyah (melihat Allah), walidraq (memperolehi) atau tentang sifat-sifat Allah Azza Wajalla dan nama-Nya atau tajuir (menentukan kefasikan) atau tentang kenabian dan syarat-syaratnya.

Hari ini sudah terdapat 73 mazhab (mengenai aqidah) di kalangan umat Islam seluruh dunia. Tepat seperti yang disabdakan oleh Rasulullah S.A.W. Antara mazhab-mazhab itu ialah Qadariah, Khawarij, Muktazilah, Rawafidh, (Syiah), Najariah, Jahmiah, Mujasimah, Musyabihah.

Proses perpecahan ini mengambil tempoh yang panjang dan peringkat yang berbagai-bagai. Bermula di zaman pemerintahan Sayidina Usman ibnu Affan di mana berlaku ketidak-setujuan sebahagian umat Islam pada khalifah kerana melantik ahli keluarganya sahaja menjadi pegawai pentadbir.

Sayidina Usman berbuat begitu kerana menurut ijtihad beliau kalau pegawai-pegawai itu di kalangan keluarga, senang beliau bertindak kalau-kalau timbul masalah, samada untuk membuang atau berunding. Tetapi ini ditentang oleh orang Iraq hinggalah membawa kepada terbunuhnya Sayidina Usman.

Di zaman Sayidina Ali keadaan lagi tegang. Perselisihan antara khalifah dengan Sayidina Muawiyah membawa kepada berpecahnya umat Islam kepada Syiah dan Khawarij. Cuma waktu ini perpecahan adalah atas dasar politik bukan soal agama.

Terjadinya Syiah Imamiah yang dipegang oleh Ayatollah Khomeini adalah ekoran dari perpecahan lebih 1000 tahun dulu. Sekalipun Syiah Imamiah dikatakan oleh orang adalah sederhana tapi dasarnya tetap sama yakni menolak aqidah Ahli Sunnah Wal Jamaah.

Pandangan mereka tentang Al Quran, tentang hadis, tentang sahabat, Ahlul Bait dan tentang Sayidina Ali dan keturunannya jauh bezanya dengan Ahli Sunnah Wal Jamaah. Perbezaan ini bukan sahaja dalam soal furu’ (cabang) tapi adalah juga dalam persoalan aqidah.

Syiah Imamiah mengubah susunan dan bilangan ayat Al Quran, menolak sebahagian besar hadis, mengkufur dan melaknat sebahagian besar dari para sahabat dan seterusnya banyak berbohong tentang Sayidina Ali.

Juga menyelewengkan penggunaan takiyah serta menghalalkan nikah mut‘ah. Sebenarnya kesederhanaan Syiah Imamiah pegangan Khomeini dibandingkan dengan firqah lain bukanlah kerana mendekati Ahli Sunnah Wal Jamaah tapi hanyalah kerana tidak mentuhankan Sayidina Ali atau menabikannya.

Selain itu Syiah ini masih melampau dan adalah terkeluar dari aqidah Ahli Sunnah Wal Jamaah. Yang agak dekat dengan Ahli Sunnah Wal Jamaah hanyalah Syiah Zaidiah.

Dan bila aqidah sudah salah, maka kejayaan menumbangkan Shah Iran bukanlah sesuatu yang istimewa dalam pandangan Islam. Dan kita tentu tidak sampai menyerah jiwa raga menukarkan aqidah kepada Syiah hanya semata-mata kerana tumbangnya Shah Iran.

——————————————————————————-

1. IRAN YANG SAYA SAKSIKAN

KEJAYAAN Revolusi Iran bukanlah bererti kejayaan Islam. Dengan kata-kata lain, tegaknya kerajaan Syiah di Iran sekarang bukan bererti tegaknya hukum Allah.

Dari segi aqidah, ibadah, ukhwah, akhlak, perhubungan dan lain-lain, mereka telah mengada-adakan sesuatu yang sangat bertentangan dengan Islam, baru saja dapat Iran, Khomeini telah isytihar perang dengan Iraq, yang sebahagian penduduknya orang Syiah. Bagaimana pejuang hukum Allah boleh bergaduh dengan saudara sendiri? Katalah kerana Iraq berparti Ba’thi parti Sosialis. Tapi kenapa pada masa yang sama Iran berbaik dengan Syria yang juga parti Ba’th yakni negara Sosialis.

Semasa saya ke Syria hujung tahun 1985, saya menyaksikan beribu-ribu rakyat Iran berada di Syria. Rupa-rupanya setiap minggu Iran hantar 2000 rakyatnya untuk melawat Syria. Dua buah hotel di Damsyik (ibu negara Syria) disewa khas untuk orang-orang Iran. Rombongan saya pemah tersalah masuk ke hotel itu. Lantas dihalau keluar.

Apakah dasar perhubungan antarabangsa yang Iran gunakan, hinggakan dalam satu masa dia boleh berbaik dan berperang dengan negara- negara yang sama Sosialis. Kalau dasar Islam, tentu bukan begitu bentuknya

Baru-baru ini tersiar pula dalam akhbar seluruh dunia berita Iran beli senjata dari Amerika. Lagilah jelas bahawa perjuangan Iran bukan untuk tegakkan hukum Allah tapi untuk tujuan politik mereka semata-mata.

Mereka sanggup bekerjasama dengan Yahudi atau Kristian (musuh Islam) demi kepentingan politik. Yakni untuk mempengaruhi negara-negara lain supaya tunduk pada kehendak dan ajaran mereka.

Sebaik sahaja Iran jatuh ke tangan Khomeini, bertebaranlah rakyat Iran ke seluruh dunia untuk cari simpati dan pengaruh. Ke perkampungan jemaah saya saja, kami menerima delegasi selama lebih kurang dua tahun. Sebahagian dari menteri Iran yang ada sekarang pernah ke penempatan jemaah kami.

Ketara sekali bahawa Khomeini mahu semangat revolusi Iran itu masuk dalam dada-dada umat Islam seluruhnya (khususnya).

Manakala ajaran Syiah Imamiah pula mahu mengambil tempat Ahli Sunnah Wal Jamaah. Kemuncak dari usaha itu ialah menjemput saya ke Iran. Dengan niat ingin hendak melihat sendiri dari dekat saya dan rombongan berlepas ke Iran pada 24 Disember 1982.

Bersama saya ialah 10 orang lain dari Malaysia. Maka bertemulah saya dengan bermacam-macam keganjilan yang dibuat oleh Syiah terhadap Islam.

Di antara yang saya maksudkan ialah:-

Tentang ibadah sembahyang.

1. Imam sembahyang mereka, sembahyang di depan tapi berada dalam satu lubangseparas lutut (tempat yang lebih rendah dari makmum). Di Qom pun sama.

2. Mereka sujud di atas seketul batu yang bulat leper atau empat segi. Ertinya dahi dan hidung tidak kena lantai. Batu itu disediakan dalam masjid atau mereka bawa sendiri ke mana mereka pergi. Batu yang paling suci pada mereka ialah diambil di Karbala kemudian Masyad dan di Qom. Kalau tidak dapat juga boleh juga gunakan batu-batu di tempat lain. Kalau tidak ada batu, mereka akan gunakan apa-apa yang tumbuh dari bumi sebagai tempat sujud (letak dahi). Paling tidak, sujud atas tapak tangan. Tujuan mereka buat begitu kerana kata mereka manusia jadi dari pada tanah.

3. Bila selesai baca tahiyyat akhir mereka akan tepuk kedua-dua peha tiga kalimemberi salam sambil berpaling ke kanan tapi setengahnya tidak. Mungkin pada mereka itu sunat saja. dengan kedua-dua tangan. Walhal ikut mazhab kita menggerakkan anggota tiga kali berturut-turut akan membatalkan sembahyang. Setengah mereka ada

4. Azan pun berbeza. Selepas mengucapkan Asyhadu Anna Muhammadur Rasulullah ditambah kalimah: Wa Anna Aliyyan Wali Yullah. Dan selepas mengucapkan Haiyya ‘Alal fallah’ ditambahkan lagi dengan “Haiyya Ala Khairil ‘Amal’.

5. Wuduk mereka tidak payah basuh kaki. Cukup disapu saja dengan air.

6. Syarat untuk sembahyang Jumaat di satu tempat ialah tidak boleh buat dua Jumaat kecuali sudah sampai kawasan dua marhalah. Kalau di bandar Tehran maknanya semua penduduk bertumpu ke satu masjid saja. Jadi beratus-ratus ribu oranglah sembahyang di satu masjid. Khutbahnya panjang tidak kurang dari satu jam. Gambar Khomeini dan timbalannya besar-besar diletakkan di kiri dan kanan masjid. Seelok-elok saja selesai sembahyang Jumaat, mereka jamak dan qasarkan asar ke zuhur.

7. Waktu sembahyang Jumaat ada seorang tukang seru berdiri di depan imam. seterusnya dia sendiri tidak sembahyang Jumaat sampailah ke akhir. Bila imam rukuk dia pun seru kuat-kuat: “Rukuk “. Kalau berdiri dia seru: “Qiyam!“. Dan

8. Di mana-mana juga samada di jalan, dalam bas, di rumah, suasana begitu tegang. Barangkali kerana semangat revolusi masih meluap. Tempikan dan sorakan mudah meletup. Selalunya kalau ada yang menyebut Rasulullah, nanti yang lain menyahut dengan salawat Rasulullah satu kali. Tapi kalau tersebut Khomeini maka bergemalah salawat sebanyak tiga kali.

9. Setiap pagi hari Jumaat tanah perkuburan penuh dengan beribu-ribu orang, termasuk ulama. Jadi macam pesta. Tanah perkuburan meriah dengan doa, syarahan dan majlis makan.

Di Syria, maqam-maqam Ahlil Bait diziarahi oleh rakyat Iran sambil memukul-mukul badan ke maqam, meratap-ratap dan mengongoi menangis. Perempuan ramai buat begitu. Lelakinya tolong melagukan lagi supaya lebih kuat dan lebih lama tangisan itu. Bising tanah perkuburan dengan suara-suara ratapan itu. Berbeza sungguh cara orang Iran dengan kita. Tiap-tiap kubur di Iran diletakkan bendera-bendera dan gambar-gambar si mati. Setengahnya pula gambar Sayidina Ali dan gambar Imam Mahdi.

10. Tentang Imam Mahdi, orang Iran percaya Mohammad bin Al Askari, Imam mereka yang ke 12, yang ghaib waktu kecil (belum baligh) akan datang lagi untuk jadi Imam Mahdi.Mereka menunggu-nunggu kedatangannya dengan ghairah sekali. Sebab itu di dinding-dinding bangunan, di tembok dan di kubur-kubur ada ditampalkan gambar “Imam Mahdi” sedang tidur.

Kita Ahli Sunnah Wal Jamaah percaya juga akan kedatangan Imam Mahdi. Tapi namanya bukan Mohammad bin Hassan Al Askari tapi Muhammad bin Abdullah

11. Hotel tempat kami peserta-peserta muktamar adalah asalnya kepunyaan Raja Muda. Tapi jurukemas hotel ialah perempuan-perempuan. Bagaimana sebuah negara Islam membenarkan perempuan masuk kawasan lelaki dalam keadaan tidak lengkap penutupan auratnya? Semasa muktamar di tingkat bawahnya ada disediakan hoggah (sejenis hisapan, dihisap) yang boleh ketagih (seperti rokok). Para pejuangan Islam hisap hoggah?

12. Di Iran, jubah, serban hanya dipakai oleh ulama dan pelajar agama, yang bukan ulama pakai macam biasa; berseluar ketat dan kepala gondol. Walhal jubah serban ialah pakaian Rasulullah dan layak dipakai oleh sesiapa juga umatnya.

13. Saya bertemu ulama Ahli Sunnah Wal Jamaah dalam muktamar tersebut. Mereka dari Baluchistan. Diam saja, tidak berperanan apa-apa. Nampak macam ketakutan. Dari mulut mereka saya dapat tahu ramai di kalangan Ahli Sunnah Wal Jamaah yang ditangkap (dipenjarakan) oleh Khomeini. Salah seorang yang tertangkap ialah bertaraf mujtahid. Setiap kali delegasi ke Sungai Penchala ada seorang Ahli Sunnah Wal Jamaah dalam rombongan mereka. Tapi diam saja, tidak ada peranan apa-apa. Akhirnya baru saya tahu rupanya itulah satu cara orang Iran hendak yakinkan dunia bahawa mereka bukan perjuangkan Syiah atau Sunniah tapi perjuangkan Jumhuriah Islamiah selari dengan laungan: Mungkin dipaksa datang, tujuan hendak nampakkan persatuan Syiah dan Sunni.

“Tiada Syiah. Tiada Sunni, tapi Jumhuriah Islamiah.”

yang dilaungkan di mana-mana di Iran. Maka mereka jemput Ahli Sunnah Wal Jamaah yang sudah dibelenggu (untuk program mereka). Mereka “brain wash” siapa juga untuk jadi macam mereka.

14. Hampir tiap-tiap malam dan tengah malam kami diganggu oleh ketukan di pintu. Kemudian masuk seorang bertanyakan apa pandangan tentang revolusi atau komen tentang Khomeini atau komen tentang Iran. Hingga kami tidak rehat-rehat.

Demikian gopohnya mereka meminta kami jadi seperti mereka. Padahal cara memaksa-maksa begitu bukan kaedah terbaik untuk menawan fikiran dan perasaan manusia.

15. Setiap hari 10 Rejab, di Iran khususnya di Karbala orang-orang Syiah buat perayaan memukul diri, meratap-ratap dan menangis-nangis dengan suara tinggi menyesali kematian Sayidina Hussin. Jelas sekali Rasulullah melarang meratapi mayat. Tapi Khomeini tidak pernah tegur anak buahnya yang buat begitu. Kalau benar perjuangkan makruf dan mencegah kemungkaran, kenapa maksiat sebesar itu didiamkan saja.

Menyaksikan dan mendengar 15 perkara di atas, saya rasa muktamadlah sudah yang orang Syiah bukan pejuang kebenaran. Sebaliknya mereka telah mempermain-mainkan Al Quran dan Sunnah. Perjuangan mereka sebenamya perjuangan politik. Bukan untuk Allah dan Rasul tapi untuk kepentingan mereka saja.

Sebab itu saya mahu segera balik ke Malaysia. Setelah 11 hari di sana, walaupun tempoh program di Iran belum selesai.

Perjuangan rakyat Iran sebenarnya perjuangan politik mereka. Bukan perjuangan fisabilillah yang bertujuan menegakkan hukum-hakam Allah.

Dan tidak ada sangkut paut antara perjuangan saya dengan perjuangan bentuk ini. Jadi buat apa saya korbankan masa dan tenaga untuk mereka? Sejak itu hingga kini tiada lagi delegasi mereka berkunjung ke penempatan kami.

———————————————

2. SYIAH IMAMIAH

DALAM Kitab Maqalatul Islamiyyin muka surat 5, Imam Abu Hassan Ashaari mengatakan Syiah ialah kumpulan yang taksub dengan Sayidina Ali. Mereka mengutamakan Sayidina Ali atas segala sahabat. Kemudian dalam Kitab Muqadimah Ibnu Khaldun muka surat 134, dikatakan Syiah ertinya pada loghah ialah sahabat-sahabat dan pengikut-pengikut. Manakala pada istilah Fuqaha’ dan Mutakalimin (orang kemudian dan orang dahulu) ialah pengikut – pengikut Sayidina Ali dan anaknya radhiyallahu anhum.

Mazhab mereka sepakat mengatakan bahawa lmamah ( kepimpinan ) itu bukan dari kemuslihatan
umum yang boleh diserahkan pada pandangan ummah.

Pemimpinlah yang menentukan jawatan kepimpinan iaitu imam berikutnya dan kepimpinan itu rukun agama dan tiang Islam. Dan tidak harus bagi Nabi melupakannya dan tidak boleh serah pada umat. Wajib mengatakan imam mereka adalah maasum dari dosa kecil dan besar. Dan sesungguhnya Sayidina Ali k.w telah ditentukan oleh Rasulullah (kepimpinannya) dengan nas-nas.

Demikianlah pendirian atau pegangan umum orang-orang Syiah. Mereka mengatakan pengganti Rasulullah untuk memimpin umat Islam hanyalah layak bagi Sayidina Ali dan keturunannya sahaja.

Walhal apa yang sebenamya berlaku ialah sepakat (ijmak) sahabat melantik Sayidina Abu Bakar As Siddiq menjadi khalifah pertama sesudah Rasulullah S.A.W.

Sayidina AIi k.w sendiri tidak menimbulkan apa-apa keributan dalam kepimpinan ini. Beliau yang mula meredhakan kepimpinan ketiga-tiga Amirul Mukminin yang sebelum beliau. Ini nyata dari ucapan beliau yang tertulis dalam kitab Mukhtasar At Tuhfah Al Isna Asyariah oleh Ad Dahlawi.

“Bai‘ah kamu sekarang ini ialah di atas Kitabullah dan Sunnah Rasul termasuk juga Sunnah Abu Bakar dan Umar.”

Dalam setengah kitab lain dinamakan Syiah Imamiah ialah kerana mereka meyakini bahawa Muhammad bin Hassan Al Askari, sebagai Imam ke 12, yang ghaib semasa belum baligh lagi itu berselisih pendapat (ada kata 4 tahun, ada kata 8 tahun) akan muncul kembali sebagai Imam Mahdi.

Dipanggil juga Syiah Imamiah ini sebagai Syiah Isna’ Asyariah kerana golongan ini mengiktiqadkan bahawa imam (pemimpin) mereka hanya 12 orang sahaja.

Bermula dengan Sayidina Ali diikuti oleh anak cucunya hingga diakhiri oleh Muhammad bin Hassan Al Askari (yakni Imam Mahdi). Syiah Imamiah digelar sebagai Raafidhah (enggan dan degil) kerana keengganan mereka untuk menolong imam mereka dan tidak ikut ke medan perang.
Dalam kitab ASY Syiah Wat Tasyaiyyu’ dikatakan Rawaafidh (Raafidhah atau degil) kerana keengganan puak ini menerima Zaid bin Ali bin Hussin kerana beliau itu telah memuji Sayidina Abu Bakar As Siddiq dan Sayidina Umar Ibnu Khattab.

Juga kerana enggan mengiktiraf 3 orang Khulafaur Rasyidin ( yakni yang selain Sayidina Ali k.w).

Dalam Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun muka surat 134 dan 135 dituliskan :-

Perselisihan dalam soal inilah berpecah lagi Syiah Imamiah kepada Syiah Zaidiah. Sebab ada di kalangan mereka itu pengikut Zaid bin Ali bin Hussin yang tidak berlepas diri (yakni mengiktiraf) Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar.

Cuma puak ini menganggap keutamaan ialah tetap pada Sayidina Ali, tetapi mereka membolehkan diutamakan kepimpinan pada orang yang kurang keutamaan mereka dari Sayidina Ali (iaitu Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar).

Terkenal juga Syiah Imamiah ini dengan nama Jaafariah. Ini adalah kerana mazhab pegangan dan amalan mereka dalam masalah halal dan haram (furu‘iah) ialah mazhab Imam Jaafar bin Muhammad As Sodik.

Memandang pada namanya sahaja, kita sudah boleh nampak palsunya ajaran Syiah Imamiah yang dipegang oleh Khomeini. Menganggap Imam Mahdi bernama Muhammad bin Hassan adalah bertentangan dengan keyakinan kita Muhammad bin Abdullah. Memang terjadi khilaf antara ulama Ahli Sunnah Wal Jamaah sendiri tentang siapa Mahdi, tetapi mereka sepakat bahawa namanya
Muhammad bin Abdullah, bukannya Muhammad bin Hassan.

Kemudian Syiah Imamiah beriktiqad pemimpin ummah sesudah Rasulullah hinggalah ke Imam Mahdi hanya 12 orang yakni semuanya keturunan dari Sayidina Ali. Walhal secara realitinya begitu ramai pemimpin atau pemerintah Islam yang memerintah negara-negara Islam serta umat Islam dari dulu hinggalah sekarang. Apa orang Syiah mahu mengenepikan semua kepimpinan yang wujud itu? Apa alasan mengatakan pemimpin-pemimpin selain 12 orang itu tidak layak memimpin?

Syiah Imamiah juga menolak kekhalifahan Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar dan Sayidina Usman. Ini sangat bertentangan dengan apa yang sebenamya berlaku. Ribuan sahabat mengiktiraf mereka, begitu juga seluruh Ahli Sunnah Wal Jamaah. Kenapa orang Syiah mahu kucar-kacirkan kewujudan dan realiti ini. Nampak sangat puak ini mencari pecah belah dan pergaduhan di kalangan umat Islam. Lagipun Syiah hanya wujud di zaman akhir Sayidina Ali k.w, iaitu pada tahun 37 Hijrah.

Bukannya zaman Rasulullah S.A.W masih ada. Ertinya Syiah wujud sesudah wafat Rasulullah dan khalifah yang tiga. Kalau begitu Syiah bukan merupakan puak atau ajaran yang seperti apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin.

Malah ia termasuk dalam golongan yang terpisah dari ajaran asal yakni Ahli Sunnah Wal Jamaah.

Yakni salah satu dari 72 puak yang disabdakan oleh Rasulullah S.A.W. ‘Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad, akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah; yang satu masuk syurga dan yang lain masuk neraka.”

Bertanya para sahabat, “Siapakah firqah yang tidakmasuk neraka itu ya Rasulullah?”

Rasulullah menjawab, ‘Ahli Sunnah Wal Jamaah.”

Diriwayatkan oleh Imam Thabarani.

Selain dari perkara-perkara di atas, terdapat banyak lagi iktiqad Syiah yang jauh bertentangan dengan iktiqad Ahli Sunnah Wal Jamaah. Antaranya ialah:

Dipetik dari Kitab Mukhtasar At Tuhfah Al Isna’ Asyariah oleh Ad Dahlawi:-

1. Syiah Imamiah mengiktiqadkan bahawa mengutus para Nabi adalah wajib atas Allah Taala. Walhal bagi Ahli Sunnah Wal Jamaah, mengutuskan para Nabi adalah harus bagi Allah dan itu juga termasuk satu kurnia dan rahmat-Nya pada kita.

2. Syiah Imamiah mengiktiqadkan bahawa sepanjang zaman tidak sunyi dari kenabian atau wasi yakni orang yang berdiri pada tempat Nabi. Ini juga bertentangan dengan Al Quran yang mana banyak ayat-ayat menunjukkan adanya zaman fitrah atau zaman yang sunyi dari kenabian.

Firman Allah: Ertinya: “Tidak Kami mengazab hinggalah Kami mengutuskan Rasul.”Al Israk: 15.

Lagipun dalam sejarah kita sendiri saksikan bahawa ada zaman-zaman di dalamnya tidak ada Nabi. Contohnya, antara Nabi Isa A.S dengan Nabi Muhammad, sekian lama tidak ada Nabi.

3. Syiah Imamiah mengiktiqadkan harus para Nabi melakukan pembohongan atau dusta. Bahkan kata mereka adakalanya wajib bagi Nabi melakukan takiyah (helah). Ini pun jauh bertentangan dengan firman Allah:

Ertinya:‘Agar engkau jelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka.” Surah An Nahli: 44.

Ertinya:“Hai Rasulullah! Sampaikanlah kepada umat apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.”

Surah Al Maidah: 67.

Demikian jaminan Al Quran bahawa Rasul tidak berbohong atau menipu. Kalaulah para Rasul menipu, rosaklah hukum-hukum Allah, tidak betullah undang-undang yang diperintahkan selama ini. Lagipun kalau para Nabi boleh menipu perlu apa dibiarkan orang kafir memerangi mereka siang dan malam hingga berbunuh-bunuhan. Itu bukti bahawa Rasul-Rasul tegas memperkatakan kebenaran samada orang setuju atau tidak.

4. Syiah Imamiah beriktiqad bahawa mereka para Nabi asalnya tidak mengetahui usul aqidah. Pengetahuan itu baru didapati ketika mereka dilantik menjadi Nabi yakni ketika munajat atau berkata-kata dengan Allah S.W.T. Moga-moga kita diselamatkan dari iktiqad demikian kerana sebenarnya Nabi-Nabi itu tidak pemah jahil tentang usul aqidah walaupun sebelum kenabian, kerana kalau jahil tentang itu boleh bawa kekufuran.

5. Syiah Imamiah beriktiqad setengah daripada Rasul yang bergelar Ulul Azmi pernah meminta keuzuran dari Allah S.W.T untuk tidak menyampaikan risalah. Masing-masing menyatakan sebab-sebab keuzuran masing- masing, yang mana berbeza antara satu sama lain.

Contoh Nabi Musa enggan menyatakan tentang akan datangnya Nabi Muhammad kerana bimbangkan umatnya tidakpercaya. Ini adalah satu pembohongan terhadap Ulul Azmi. Mereka itu yang kita kenal ialah orang-orang yang sangat amanah dan sangat menyampaikan risalah Allah. Dan sangat sabar menanggung kesusahan dari perjuanganmereka.

Firman Allah: Ertinya: “maka sabarlah engkau (tahanlah dalam percubaan) sebagaimana ketahanan Rasul-Rasul Ulul Azmi.”

Surah Al Ahqaf: 35.

6. ‘Syiah Imamiah mengiktiqadkan bahawa ketuanya (amir) diberi wahyu. Cuma bezanya wahyu Nabi dengan wahyu amir ialah Nabi nampak malaikat yang menghantar wahyu tapi amir dengan suara saja. Iktiqad ini bertentangan dengan sabda Rasulullah:- Ertinya:

‘Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Abi Hurairah r.a ia berkata, aku mendengar Rasulullah S.A. W bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya tidak kekal selepasku daripada kenabian melainkan mubasyarat. Sahabat bertanya, “‘Apakah mubasyarat itu?” Rasulullah bersabda, “ltulah mimpi yang benar.”

7. Syiah Imamiah mengiktiqadkan harus hukum-hukum syarak itu dimansuhkan oleh Imam.

8 . Ada satu puak daripada Imamiah mengakui Sayidatina Fatimah penghulu perempuan itu pemah menerima wahyu selepas Rasulullah S.A.W. Sesungguhnya wahyu itu dikumpulkan menjadi mushaf Fatimah.

Ertinya: ‘Beberapa orang dari sahabat kami daripada Ahmad bin Muhammad, daripada Umar bin Abdul Aziz daripada Hammad bin Usman dia pernah berkata, ‘Aku pernah mendengar Abi Abdillah as telah berkata akan lahir orang-orang zindiq pada tahun 128 hijrah yang demikian itu aku lihat dalam mushaf Fatimah a.s. (Quran Fatimah). Dia telah berkata,

“Aku bertanya, apakah itu mushaf Fatimah?” Dia berka ta, “Sesungguhnya Allah Taala tatkalamewafatkan Nabi S.A.W telah masuklah ke atas Fatimah selepas wafatnya dukacita. Tidak ada yang mengetahuinya melainkan Allah Azza Wajalla. Maka Allah telah mengutuskan padanya malaikat untuk menghiburkan dukacitanya dan bercakap kepadanya, maka dia pun mengadu ha1 yang demikian itu pada Amirul Mukminin a.s. Maka ia lantas berkata,

“Apabila kamu merasai hal yang demikian itu dun kamu mendengar suara, engkau katakan padaku, maka dia pun memberitahu kepadanya yang demikian itu. Maka Amirul Mukminin a.s pun menulis maka jadilah tatkala telah mendengar hingga dia telah menetapkan yang demikian itu mushaf (Al Quran).

Kemudian dia telah berkata, “Sesungguhnya tidak ada padanya tentang halal dan haram, tetapi di dalamnya mengandungi ilmu yang akan datang. ”

Usulul Kafi muka surat 187 jilid 1.Menganggap ada wahyu sesudah wafat baginda Rasulullah bererti mengatakan masih ada lagi orang selepas baginda yang boleh dapat wahyu. Ini sangat bertentangan dengan aqidah Ahli Sunnah Wal Jamaah dan boleh bawa murtad.

9. Setengah daripada Imam Syiah Imamiah ada yang berkata, pempimpin mereka bersekutu dalam mikraj ertinya turut mikraj sama-sama Rasulullah. Tapi ada yang kata tidak ikut naik cuma turut menyaksikan dari bawah. Ini sangat dahsyat. Israk dan Mikraj adalah mukjizat besar yang dikurniakan pada Nabi seorang. Mana ada manusia lain boleh bersekutu dengannya? Kemudian menganggap ada orang boleh menyaksikan apa yang di langit tanpa naik mikraj, ini bermakna orang itu ada kebolehan luar biasa yang tidak ada pada Nabi sendiri. Ini mustahil dan inilah satu lagi pembohongan besar yang dibuat oleh Syiah.

Wednesday, May 27, 2009

Bagaimana Sultan Muhammad al-Fatih bebaskan Kota Istanbul


HARAKAHDAILY.COM

Hari ini, 546 tahun yang silam, Muhammad bin Murad melukir satu sejarah dengan menawan kota yang sangat kuat pertahanannya - Konstantinapole. Pada ketika ini Presiden PAS Dato' Seri Tuan Guru Abdul Hadi Awang, telah pun berada di Kota Istanbul untuk menghadiri sambutan ulangtahun upacara yang amat bersejarah ini.

Tulisan ini cuba melihat bagaimana seorang pemimpin seperti Muhamad Murad yang kemudiannya diberikan gelaran Muhammad Al Fatih, telah berjaya dilahirkan. Adakah di sana satu metod tertentu untuk mencetak pemimpin seperti beliau dan bagaimanakah cara untuk berbuat demikian.

Peribadi dan kepimpinan Muhammad Al Fatih menunjukkan beliau mempunyai ciri berikut;

a. Asuhan dan disiplin Islam yang kuat
b. Mempunyai matlamat hidup yang ingin dijayakan
c. Kehendak yang kuat

d. Sabar dan ketahanan rohani yang kuat
e. Pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan untuk misinya, atau
mendapatkan bantuan pakar dalam bidang masing-masing bagi tujuan
melengkapkan skil berkenaan

f. Ibadah dan pergantungan yang kuat dengan Pencipta

Sebelum isu ini dikupas lebih lanjut, kita tinjau dulu bentuk pertahanan Kota Konstantinapole itu sendiri yang sangat menakjubkan;

Kota ini berbentuk tiga segi. Dua bahagian kota menghadap laut iaitu Selat Bosporus dan Laut Marmara. Bahagian daratan dilingkungi oleh sebuah benteng yang sangat kukuh;

a. Bahagian luar kota dilingkungi oleh sebuah parit besar. Dalamnya 10 meter
dan lebarnya 60 meter

b. Ada dua tembok iaitu tembok luar dan tembok dalam. Tembok luar sahaja
setinggi 25 kaki dan setebal 10 meter

c. Tembok dalam pula setinggi 40 kaki tinggi dan 15 meter tebal
d. Terdapat menara kawalan sepanjang tembok dalam dengan ketinggian 60
meter!

e. Terdapat 400 batalion tentera terlatih mengawal tembok ini sepanjang masa

Dengan kedudukan pertahanan seperti itu, hampir mustahil untuk tembok ini dicerobohi.

Di bahagian laut pula, terdapat rintangan rantai besi yang kuat diletakkan di Selat Bosporus yang digunakan untuk menghalang kapal-kapal melepasinya.

Konstantinapole telah menjadi ibu kota Empayar Bizantin untuk berkurun-kurun dan dikenali sebagai kota yang paling makmur dan terkaya di Eropah. Ia terletak di pertemuan antara Asia dan Eropah dan Laut Mediterranean dan Laut Hitam. Justeru, ia sangat strategik baik dari segi perdagangan mahupun geo politik.

Sejak Rasulullah s.a.w mengungkapkan bahawa nanti Kota penting ini akhirnya akan jatuh di tangan seorang pemerintah yang terbaik, memimpin tentera yang terbaik sepanjang zaman, telah banyak percubaan dibuat untuk menawan kota ini, namun tidak berjaya. Sahabat seperti Abu Ayub al Ansari juga telah berusaha dan mereka telah mengepung kota ini selama tujuh tahun, tetapi masih gagal.

Hanya 800 tahun selepas sabda Nabi yang Mulia itu, sabda yang menakjubkan ini menjadi kenyataan. Sultan Muhammad bin Murad yang kemudian lebih masyhur dengan gelaran Sultan Muhammad al Fatih telah memulakan pengepungan ke atas Konstantinapole pada hari Khamis, 5 April 1453 dan berjaya membuka kota ini pada 29 Mei 1453, hari tulisan ini dipostkan.

Sungguhpun pengepungan ini berlangsung selama hampir dua bulan sahaja, program penaklukan ini telah berjalan lama!

Ia bermula apabila bapa Sultan Muhammad Al Fatih, Sultan Murad memilih guru-guru yang terpilih untuk mendidik anak raja ini, yang waktu itu, se orang anak yang nakal.

Sejak berumur sembilan tahun, Sultan Muhammad telah mengalami pendidikan disiplin yang ketat. Rasa bebas dan nakal sebagai anak raja yang masih kecil mula berakhir apabila bapa baginda memberikan kebebasan kepada guru-guru beliau untuk membentuk dan mendidik Muhammad.

Rotan turut digunakan oleh gurunya untuk mendisiplinkan anak ini. Dalam satu kejadian, Muhammad telah sengaja dirotan dengan teruknya tanpa sebarang kesalahan yang dilakukan oleh beliau.

Tujuan guru beliau berbuat demikian ialah untuk membentuk perasaan belas kasihan dan sikap adil dan saksama dalam jiwa bakal Sultan ini. Supaya nanti baginda dapat mengambil keputusan berpaksikan keadilan dan memahami perasaan orang-orang yang tidak diperlakukan dengan adil!

Sultan Muhammad dibimbing untuk menghafal al-Qur'an. Dilatih untuk sembahyang malam. Dibentuk menjadi wara' dan zuhud. Diasuh mencintai ilmu dan ulama'. Mempunyai budi pekerti yang baik dan perasaan yang halus. Keunggulan pendidikan keruhanian Sultan Muhammad ternyata apabila baginda akan dilantik menggantikan bapanya secara rasmi sebagai pemerintah Kesultanan Uthmaniah, beliau menangis teresak-esak.

Gurunya lah yang telah mengarahkan beliau menerima tanggungjawab itu atas hujah bahawa seorang berkaliber seperti beliau wajib memikul amanah ummah dan itu jihad dan ibadah yang lebih besar.

Pendidikan Sultan Muhammad di istana baginda hampir komprehensif. Sebagai bakal raja dalam persekitaran Eropah dan pusat perdagangan dan diplomatik, baginda dapat berbahasa lebih dari lima bahasa.

Sudah tentu baginda fasih dalam bahasa Arab.

Baginda juga diajar matapelajaran sejarah, geografi dan astronomi. Pakar ketenteraan juga diundang untuk memberikan pendedahan ketenteraan kepada beliau.

Lama sebelum program pembebasan Konstantinapole dimulakan, Muhammad al-Fateh telah berbincang dengan pakar sejarah dan ketenteraan mengenai sebab-sebab kegagalan ekpedisi penawanan Konstantinapole sebelum ini.

Apa rahsia kekuatan pertahanan kota itu dianalisis. Bagaimanakah caranya untuk mengatasi halangan-halangan itu juga dibincangkan.

Dari perbincangan itu, antara lain mereka mengenal pasti hal berikut;

a. Dinding tembok itu terlalu tebal dan pada waktu itu belum ada teknologi yang boleh meruntuhkannya. Sultan Muhammad telah mengarahkan dicari satu teknologi yang boleh meruntuhkan tembok itu.

Tentera baginda akhirnya berjaya mencipta meriam yang paling canggih dengan bantuan seorang pakar senjata bangsa Hungary yang telah diculik dari kurungan dalam penjara Konstantinapole dengan mengorek lubang bawah tanah yang dalam dan panjang!.

Berat setiap meriam ciptaan baru ini ialah 700 pauns! Ia perlu ditarik oleh 100 ekor kuda dan seratus orang tentera. Bila diletupkan, bunyinya boleh didengar sejauh 13 batu! Setiap tembakannya akan menyebabkan tembok yang kuat berlubang seluas enam kaki. Nah! Benteng besar itu sekarang telah menemui ruasnya.

b. Rantai besi yang kuat yang dirintangi menghalang laluan kapal. Ia menghalang bantuan dan pergerakan melalui laut.

Sultan Muhammad telah mencipta satu plan luar biasa mengatasi halangan ini. Ia adalah antara rekod sejarah yang menakjubkan dari segi kreativiti dan kekuatan keinginan seorang pemimpin. Baginda mengarahkan pembinaan kapal di daratan. Dibuat pada sebelah malam supaya tidak disedari oleh musuh.

Mesti disiapkan dalam masa yang singkat. Kapal ini diluncurkan dari daratan sejauh 5km ke lautan dengan meletakkannya tergelunsur di atas batang-batang kayu yang telah diatur dan telah diminyakkan untuk melicinkan perjalanan kapal-kapal itu.

Pada masa yang telah ditetapkan, kapal-kapal ini dilancarkan dari daratan dan muncul di depan Kota Konstantinapole sebelah lautan dengan melepasi rantai besi yang telah terpasang! Ia memeranjatkan tentera musuh. 400 kapal musuh terbakar dan serangan dari lautan berjalan serentak dengan pengepungan sebelah daratan.

c. Lazimnya bila tentera sampai di pantai menghadap Kota ini, mereka terdedah kepada serangan musuh kerana kawasan yang terbuka dan jika sekiranya satu benteng pertahanan mengelakkan serangan hendak dibina, ia memakan masa selama setahun.

Sultan Muhammad telah mengarahkan benteng pertahanan menghadap tembok kota Konstantinapole itu dibina dalam masa tiga bulan dengan menggunakan segala teknik pembinaan semasa yang canggih.

Benteng Rumeli Hissari dibina di tebing sebelah Eropah, lebih kurang 5 batu dari Kota Konstantinople di mana Selat Bosphorus adalah yang paling sempit. Ia dibina bertentangan dengan Benteng Anadolu Hisar di tebing sebelah Asia yang telah dibina oleh Sultan Bayazid Yildirim dahulu.

Ia memang berjaya disiapkan seperti direncanakan.

Dari mana kekuatan keinginan seorang pemimpin ini diperolehi oleh Sultan Muhammad?

Gurunya bukan sekadar menyuntikkan kekuatan ruhani kepada bakal Sultan in, tetapi juga telah menyuntik sikap terbuka terhadap teknik dan teknologi baru yang diperlukan untuk misi mereka. Mereka juga menyuntik sikap berminda strategik dan kreatif.

Sultan Muhammad dapat menganalisis dengan tepat permasaalahan dan mencari jalan penyelesaian terhadap setiap permasalahan itu secara praktikal sebelum melancarkan misinya.

Tetapi yang paling penting, sejak kecil lagi guru-guru baginda telah membentuk minda baginda untuk merasakan dirinya lah yang disebutkan oleh Rasulullah s.a.w sebagai raja terbaik yang memimpin tentera terbaik yang akan dapat membebaskan Konstantinbapole.

Sasaran, visi dan misi yang jelas, yang disuntikkan ke dalam minda baginda ternyata berkesan. Dari kecil, Sultan Muhammad mengimpikan bagindalah pembebas itu!

Baginda bergerak selari dengan impian ini. Akhirnya, ia adalah sebuah kenyataan.

Dari sudut kepimpinan, bapa baginda seorang yang berpandangan jauh. Sejak umur 14 tahun, Muhammad telah diminta menguruskan empayar dengan alasan, bapanya ingin menumpukan kepada ibadah.

Namun, dalam dua keadaan kritikal, bapa baginda pulang semula untuk memimpin Kerajaan Uthmaniah. Selepas ancaman kritikal itu diatasi, Muhammad diberikan peluang untuk menguruskan semula empayar yang sedang berkembang itu.

Melalui pendedahan berbentuk bimbingan ini, Muhammad terlatih menjadi pemimpin yang berkualiti.

Ditambah, sepanjang hayat baginda, guru-guru baginda yang menjadi rujukan keruhanian dan kebijaksanaan, sentiasa bersama baginda. Hatta, ketika pengepungan kota itu berlangsung, gurunya mengimamkan solat hajat semua tentera Sultan Muhammad.

Melihat 150,000 tentera Islam berbaris rapi untuk bersolat di luar kota itu, cukup untuk menakutkan musuh yang sedang berkawal dalam kota!

Pada hari pembukaan Kota Kontantinapole yang bersejarah itu, Sultan Muhammad bersujud syukur.

Sepanjang kempen, baginda tidak putus-putus mengarahkan tenteranya bertakbir dan melaungkan slogan-slogan bersemangat, termasuk motivasi berasaskan hadis Nabi bahawa Konstantinapole akan dibebaskan oleh tentera yang terbaik dan merekalah tentera terbaik yang dijanjikan oleh Nabi itu.

Pada kali pertama solat Jumaat hendak didirikan di dalam Kota Konstantinapole yang baru sahaja dibebaskan, timbul pertanyaan siapa yang layak menjadi imam solat Jumaat yang pertama itu.

Baginda memerintahkan kesemua tenteranya termasuk dirinya berdiri dan diikuti pertanyaan: "Siapa di antara kita sejak baligh hingga sekarang pernah meninggalkan solat fardhu walau sekali sila duduk!".

Tiada seorang pun yang duduk, kerana tidak seorang pun di antara mereka pernah meninggalkan solat fardhu.

Pertanyaan seterusnya, "Siapa di antara kita yang sejak baligh hingga kini pernah meninggalkan solat sunat rawatib sila duduk!".

Sebahagian daripada tenteranya duduk. Kemudian Baginda bertitah, "Siapa di antara kamu sejak baligh hingga ke saat ini pernah meninggalkan solat tahajjud walaupun satu malam, sila duduk!".

Kali ini semuanya duduk, kecuali baginda sendiri sahaja yang tetap berdiri! Subhaanallah!

Baginda tidak pernah meninggalkan solat fardhu, Solat Sunat Rawatib dan Solat Tahajud sejak baligh. Tepatlah janji Rasulullah s.a.w dan kota ini kemudian bertukar nama kepada Istanbul.

Sekarang, marilah kita mengenali secara ringkas guru-guru yang berjasa besar membentuk Sultan Muhammad.

Pertama, Ahmad 'ibn Ismail Al-Kori:

Guru istimewa ini menunjukkan role model kepada Sultan Muhammad. Seorang yang wara', tidak menyembah Sultan sama seperti orang lain memberikan tunduk hormat, memanggil nama Sultan dan kerabat mereka dengan nama mereka masing-masing tanpa sebarang panggilan gelaran, Bersalaman dengan mereka tanpa mencium tangan mereka. Sepanjang Ramadhan, Sultan Muhammad menghadhiri kelas mentafsir ayat-ayat Al Qur'an yang diadakan di istana baginda selepas solat zuhur, dengan guru-guru yang bersilih ganti.

Ahmad ibn Ismail lah yang mengajarkan Al Qur'an, hukum-hukum agama dan kepatuhan padanya. Ia juga membentuk rasa takwa dalam jiwa Sultan Muhammad dengan berbagai cara, termasuk nasihat-nasihat yang berkaitan dengan tugas pemerintah.

Kedua ialah Sheikh Muhammad bin Hamzah al-Rrouhy, lebih dikenali sebagai Ba'q Shamsuddin. Beliau meninggalkan kesan yang sangat mendalam terhadap keperibadian Sultan Muhammad.

Beliau telah menginspirasikan Sultan MUhammad meningkatn aktiviti dakwah dan keislaman di bawah Empayar Othmaniah sebagai satu cara memperkuatkan empayar tersebut.

Beliaulah yang paling giat meyakinkan Sultan Muhammad bahawa beliau adalah raja terpilih seperti yang dimaksudkan oleh Rasulullah s.a.w dalam sabdanya itu.

Selain mengajarkan teras-teras ilmu Islam, Shamsuddin juga bertanggungjawab mengajar sains, matematik, sejarah, strategi perang, astronomi dan lain-lain.

Beliaulah yang telah merotan Muhammad di masa kecil tanpa sebab. Beliaulah yang mententeramkan Sultan Muhammad yang menangis kerana enggan menjadi raja. Beliaulah yang telah ditanya oleh Sultan Muhammad samada beliau boleh bersara selepas lama memerintah kerana ingin menumpukan kepada ibadah tetapi dijawab, ibadah sebagai Sultan yang adil adalah lebih berharga lagi.

Shamsuddin meletakkan insipirasi dalam dada Sultan, memberikan baginda tujuan dan misi pemerentahan yang jelas dan bersama baginda sehingga cita-cita itu tercapai.

Kerana itu lah, beliau dikenali sebagai Penakluk Ruhani Konstantinapole. Guru yang merancang lahirnya seorang pemimpin dan terukirnya sebuah sejarah. Insan pada sisi lain Sultan Muhammad al-Fatih.

Tuesday, May 26, 2009

Blog PRK Manek Urai.

Unit ICT DPPK Kuala Krai, Kelantan memohon jasa baik saya supaya menyebarkan laman blog yang dibina khusus bagi penerangan PRK N41 Manek Urai.

Sunday, May 24, 2009

Mencari Hidayah Allah

Kata ihdinaa (tunjukkanlah kami) dalam ayat di atas merupakan bentuk kata perintah (fi’lu al-amr) dari kata hadâ-yahdii. Hadâ-yahdii sendiri artinya adalah memberi petunjuk kepada hal-hal yang benar. Kata hidayah merupakan bentuk fi’lu al masdar dari kata ini. Dalam Tafsir Munir karya Dr. Wahbah Az Zuhaily, hidayah ada lima macam. Satu hidayah ke hidayah yang lain bersifat hierarkis, di mana hidayah yang ada di bawahnya akan menyempurnakan hidayah yang ada di atasnya. Jadi semakin ke bawah maka semakin tinggi nilainya. Adapun kelima hidayah tersebut adalah sebagai berikut :

Pertama, hidayah ilhami. Hidayah ini adalah fitrah yang Allah SWT berikan kepada semua makhluk ciptan-Nya. Contohnya, Allah SWT memberikan hidayah ilhami kepada lebah yang suka hinggap di bunga untuk mengambil saripatinya, dapat membangun sarang yang menurut para ahli adalah desain yang paling sempurna berdasarkan fungsinya. Seorang bayi yang lapar diberi hidayah ilhami oleh Allah SWT untuk menangis dan merengek-rengek pada ibunya agar diberi ASI. Siapakah yang mengajari lebah dan bayi tadi untuk melakukan hal tersebut? Tentunya kita yang beriman kepada Allah SWT akan menjawab: itulah kekuasaan Allah SWT yang telah memberikan hidayah ilhami kepada makhluk-Nya. Semua makhluk yang diciptakan Allah SWT akan menerima hidayah ini. Dalam bahasa kita, hidayah ilhami ini adalah insting, yang merupakan tingkat inteligensi paling rendah.

Kedua, hidayah hawasi. Hidayah hawasi adalah hidayah yang membuat makhluk Allah SWT mampu merespon suatu peristiwa dengan respon yang sesuai. Contohnya adalah, ketika manusia mendapatkan kebahagiaan maka ia akan senang dan jika mendapatkan musibah maka ia akan sedih. Dalam istilah kita, hidayah hawasi ini adalah kemampuan inderawi.

Hidayah hawasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Maka respon yang ditimbulkan dari sebuah peristiwa sangat tergantung dengan lingkungan kita. Jika lingkungan itu normal maka respon kita akan normal. Misalnya, orang yang mendapatkan musibah akan sedih karena lingkungannya mengajarkan untuk merespon peristiwa tersebut dengan bersedih. Di lain tempat dan waktu mungkin saja respon ini berubah karena lingkungannya merespon dengan hal yang berbeda. Maka untuk mendapatkan hidayah hawasi ini kita harus membuat atau mengondisikan agar lingkungan kita normal alamiah.

Ketiga, hidayah aqli (akal). Hidayah akal adalah hidayah yang diberikan khusus pada manusia yang membuatnya bisa berfikir untuk menemukan ilmu dan sekaligus merespon peristiwa dalam kehidupannya dengan respon yang bermanfaat bagi dirinya. Hidayah akal akan bisa kita miliki manakala kita selalu mengambil pelajaran dari segala sesuatu, segala peristiwa, dan seluruh pengalaman hidup kita ataupun orang lain. Allah SWT berfirman:

“Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan bagi mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) sebagai pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai wawasan”. (QS. Al-Hasyr [59]: 2).

Yang dimaksud dengan ahli Kitab dalam ayat ini ialah orang-orang Yahudi Bani Nadhir pada masa Nabi Muhammad SAW di Madinah. Merekalah yang mula-mula dikumpulkan untuk diusir keluar dari Madinah karena mereka mengingkari Piagam Madinah.

Ayat ini memerintahkan kita untuk senantiasa mengambil hikmah dan ‘ibroh dari segala kejadian dalam kehidupan ini, dengan harapan kita tidak terjebak pada permasalahan yang sama. Hidayah akal ini akan bekerja dengan ilmu yang diperoleh, dari proses pembelajaran kehidupan yang telah dilakukan, yang kemudian digunakan untuk memilih respon yang terbaik bagi diri di masa mendatang. Semakin banyak kita mengambil pelajaran maka semakin tinggi kualitas hidayah akal kita.

Namun Hidayah akal ini mempunyai keterbatasan dalam menyeragamkan respon terhadap sebuah kejadian untuk seluruh manusia. Ada pepatah “lain ladang, lain pula belalangnya. Lain kepala, lain pula isinya.” Mungkin respon tertentu baik menurut kita, akan tetapi belum tentu baik menurut orang lain. Maka diperlukan sebuah standar untuk menyeragamkan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang hak dan mana yang batil. Jawaban untuk hal ini ada pada tingkatan hidayah selanjutnya.

Keempat, hidayah dien (agama). Hidayah agama adalah sebuah panduan ilahiyah yang membuat manusia mampu membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang baik dan yang buruk. Hidayah agama ini merupakan standard operating procedure (SOP) untuk menjalani kehidupan. Tentunya yang membuatnya adalah yang Maha segala-galanya, yang menciptakan manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT. Karena yang Allah SWT tentukan, pastilah itu yang terbaik. Allah SWT berfirman :

”…. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216).

Maka apa saja yang ditentukan oleh agama, pastilah itu yang terbaik untuk kita. Hidayah agama ini bisa kita peroleh manakala kita selalu belajar dan memperdalan agama Islam ini.

Seperti Allah SWT tegaskan dalam Alqur’an:

”Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (Dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran [3]: 79).

Semua orang mampu mempelajari agama ini (Al Qur’an dan As Sunnah), akan tetapi tidak semua orang berkemauan untuk mengamalkan agama ini. Kemauan untuk mengamalkan agama akan berbanding lurus dengan sejauh mana kita bisa manggapai hidayah taufiq.

Kelima, hidayah taufiq. Hidayah taufiq adalah adalah hidayah yang membuat manusia hanya akan menjadikan agama sebagai panduan hidup dalam menjalani kehidupannya. Hidayah taufiq ibarat benih yang Allah SWT semaikan di hati yang tidak hanya bersih dari segala hama penyakit, tetapi juga subur dengan tetesan robbani. Bersih dan suburnya hati akan terlihat dari pohon-pohon kebaikan dan amal yang tumbuh di atasnya. Hanya kesungguhan yang akan membuat kita pantas menerima hidayah taufiq dari Allah SWT. Firman Allah SWT :

”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabuut [29]: 69).

Maka tidak ada jalan lain agar kita mendapatkan Hidayah Taufiq Allah SWT, kecuali dengan jalan bersungguh-sungguh dan berjihad untuk menjalankan dan mengamalkan agama yang indah ini.

Penutup

Hidayah Allah SWT memerlukan perjuangan untuk mendapatkannya. Semakin besar perjuangan dan kesungguhan kita, maka insya Allah kita akan semakin mudah mendapatkannya, karena semuanya tergantung kepada usaha kita. Hidayah Allah SWT ibarat sinar matahari yang menyinari seluruh alam ini, dan kita adalah penerima sinar tersebut. Jika kita membuka diri dengan hati yang bersih maka kita akan mudah untuk mendapatkan sinar hidayah Allah SWT. Tapi jika kita menutupi hati dan diri kita dengan kotoran dan hama penyakit hati maka kita akan sulit untuk mendapatkan sinar hidayah-Nya. Wallahu a’lam.